Catatan Hati yang Selingkuh

Tulisan kali ini kemungkinan akan menjadi tulisan bersambung menyambung. Nyambungnya kemana?..:) ya liat saja nanti, bisa jadi nyambung ke masa depan, bisa jadi nyambung ke hal2 lain, who knows..

Well well...darimana memulainya..
Selingkuh, selingan indah keluarga utuh..sungguh ironi kepanjangan dari singkatan kata selingkuh itu. Selingan indang namun keluarga tetep utuh. Kira2 ada ga orang yang diselingkuhi tetap ingin utuh jika pasangannya berselingan dengan yang lain dibelakang jika dia tau kalau pasangannya punya selingan di luar. Jawabnya masing2 aja ya..yang belum pernah selingkuh pasti ga bisa jawab, bisanya cuma sekedar berandai2 saja pasti. Tapi bagi yang pernah mengalami jawabannya yang tersedia cuma ada 2, bersedia dan tidak bersedia. Bagaimana dengan aku, aku jelas tidak, jikapun masih bersama, pasti ada sesuatu yang tidak beres denganku, bisa jadi pembalasan atas keselingan itu aku lakukan dan memang demikian adanya.

Berawal dari hal sepele, menegur perempuan disamping tempat duduknya disaat awal pernikahan yang masih baru, sudah cukup meyakinkan hatiku bahwa aku tidak bisa menetapkan hatiku untuk setia padanya lagi meskipun statusnya masih suami. Cukup kejadian kecil itu, bermula dari hal2 kecil itu, ketidaksetiaan itu semakin berkembang menjadi besar, seiring hilangnya rasa cinta yang pernah ada. Rasa cinta yang didominasi dengan hawa nafsu bukan cinta yang timbul dikarenakan cinta karena Allah, aku rasa bukan seperti itu. Ini adalah cinta antara laki perempuan biasa. Namun ketidaksetiaan itu baru sebatas pikiran. Belum ada siapapun yang hadir untuk menggantikannya. Belum terpikir saat itu..

Waktu berlari demikian cepatnya, hingga menginjak tahun ke 5 pernikahan, tapatnya tahun 2004 bertempat tinggal tidak lagi di kota itu, bekerja kembali setelah 2 tahun melanjutkan sekolah, bermula dari kejadian dan perkataan yang tidak bisa kumaafkan, dan berawal dari kejenuhan, tanpa sengaja berkenalan dengan seseorang lewat media chatting. hmm..lembaran hati yang mendua terbuka..

Dia istimewa, bagiku..aku tidak peduli apakah begitu juga penilaian orang lain. Istimewa, datang, berkenalan hanya didunia maya, menebak rupanya, hanya ngobrol biasa namun istimewanya dia punya segudang cemburu untukku, orang yang tidak dijumpainya di dunia nyata, tidak ada ikatan apa2, dia juga misterius, pendiam kadang terbuka, namun sudah mempunyai segunung aturan dan cemburu. Aneh..namun itulah yang membuatnya berbeda dengan teman2 chatting yang lain waktu itu. Tidak peduli apakah wajahnya ganteng atau tidak. Tentu saja aku penasaran, dan rasa penasaran itu hilang dengan kiriman foto darinya..:) Biasa saja, tidak ganteng, tidak jelek, namun menarik...Sejak saat itu, hari2ku hanya berisi obrolan dengannya, pada saat2 tertentu dia mengirimiku lagu2 cinta, selalu menyapa dan memanggilku dengan panggilan cantik...:)..aku pun melupakan masalah hidupku dengan orang yang disebut suami, melupakan keinginanku untuk punya rumah sendiri, kendaraan sendiri, aku memang tidak punya keinginan untuk itu, tidak pernah aku berambisi untuk harus punya rumah sendiri, kendaraan sendiri. Aku termasuk orang yang menerima apa adanya dalam hal materi, asal bisa menabung, ada uang untuk makan, bayar sekolah dan tetek bengek kebutuhan rumahtangga yang lain, cukup sudah aku tidak ingin apa2.

Pernahkah terpikir olehku perasaan orang yang disebut suami jika dia tahu apa yang aku lakukan. Tidak, aku tidak pernah memikirkannya sebagaimana dia juga tidak memikirkan perasaanku waktu itu. Aku hanya ingin bahagia dengan orang yang tepat, walaupun saat itu aku bertemu dengan orang yang sudah pasti tidak tepat. Yang aku pikirkan hanya perasaan pasangan orang istimewa itu. Merasa bersalah karena aku dekat dengan suaminya. Sempat terpikir aku menjadi orang kedua baginya dan sempat terpikir untuk menikah dengannya, tapi tidak..itu tidak mungkin terjadi...tidak mungkin aku memulai sesuatu dengan cara yang salah.

Maka rasa itu kusimpan dalam hati
hingga saat ini...

tidak mungkin didunia ini 
karena dia sudah meninggalkan dunia ini untuk selama2nya
dengan diam...pergi dalam diam...sebagaimana dia pernah datang dalam diam..

mungkin menunggu di suatu tempat disana
aku tidak pernah putus mendoakannya
berharap yang terbaik untuknya
berdoa yang terbaik untukku

apakah aku rindu...
tidak perlu kujawab
cukup apa yang ada di ingatanku tentangnya
penawarnya..


Popular posts from this blog

Diam Diam Peduli

Selamat Hari Guru...surat cinta buat bapak dan ibu guru..

Pelampiasan